Isra Mi’raj adalah salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam yang terjadi pada masa kenabian Rasulullah SAW. Kejadian ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik yang luar biasa, tetapi juga merupakan perjalanan spiritual yang sarat makna dan pelajaran bagi umat Islam. Dalam satu malam, Rasulullah SAW diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, kemudian diangkat ke langit hingga Sidratul Muntaha untuk menerima langsung perintah shalat lima waktu.
Sebagai salah satu mukjizat besar, Isra Mi’raj menjadi ujian bagi keimanan kaum Muslimin saat itu. Orang-orang beriman menerima kebenaran peristiwa ini dengan sepenuh hati, sementara sebagian lainnya meragukan atau bahkan menolaknya. Kejadian ini memberikan gambaran tentang pentingnya keimanan yang kokoh dan ketaatan mutlak kepada Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam konteks kehidupan modern, peristiwa Isra Mi’raj masih relevan sebagai pengingat bagi umat Islam untuk memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Allah SWT. Shalat sebagai oleh-oleh utama dari Mi’raj menjadi bukti bahwa ibadah ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam dan menjadi sarana komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya.
Artikel ini akan mengulas makna Isra Mi’raj, hadis-hadis terkait, serta hikmah yang dapat diambil sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Melalui pembahasan ini, diharapkan umat Islam dapat semakin memahami pentingnya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT dalam menghadapi tantangan zaman.
MAKNA ISRA MI’RAJ
Isra Mi'raj merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang menjadi simbol kekuatan iman dan ketaatan kepada Allah SWT. Peristiwa ini tidak hanya menggambarkan keajaiban perjalanan Rasulullah SAW, tetapi juga memberikan pelajaran mendalam bagi umat Islam dalam memperkuat keyakinan serta kepatuhan terhadap perintah-Nya.
Makna Isra Mi'raj dalam Islam:
Isra Mi'raj adalah perjalanan luar biasa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu malam, yang terdiri dari dua bagian:
1. Isra : Perjalanan malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem.
2. Mi'raj : Perjalanan naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha, tempat Nabi SAW menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah SWT.
Rasio manusia terlalu kecil untuk menelaah peristiwa isra` dan mi`raj, sebab mengkomparasikan akal yang terbatas dan kekuasaan Allah SWT yang absolut tidaklah kompatibel. Dengan demikian, tinjauan keimanan (imaniyah) adalah alat ukur yang paling tepat dalam memahami peristiwa besar isra` dan mi`raj. QS al-Isra` ayat 1 menjelaskan:
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الَحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي برَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ اآيتِنَا إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصَيْرُ
Artinya:
“Maha Suci Dzat yang telah menjalankan hambanya (Muhammad) di waktu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha, yang Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya (Muhammad) sebagian dari bukti-bukti kebesaran Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
عن أنس بن مالك عن مالك بن صعصعة أن نبي الله صلى الله عليه وسلم حدثهم عن ليلة أسري به ... ثم أتيت بدابة دون البغل وفوق الحمار أبيض فقال له الجارود هو البراق يا أبا حمزة قال أنس نعم يضع خطوه عند أقصى طرفه فحملت عليه ... (رواه البخاري)
Artinya:
“Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha`sha`ah, bahwa Nabi saw telah menceritakan kepada para sahabat tentang malam ketika beliau diisra`kan … . Kemudian didatangkan kepadaku seekor binatang yang tubuhnya lebih kecil dari pada bighal dan lebih besar dari pada himar (keledai), putih rupanya. Lalu Jarud bertanya kepada Anas, “apakah itu buraq, wahai Abu Hamzah? Anas menjawab, ya binatang itu sekali melangkah, sejauh mata memandang.” Lantas aku (Nabi) ditunggangkan di atasnya… “ (Riwayat al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 2, h.327)
Puncak dari perjalanan spiritual Rasulullah saw dalam isra` dan mi`raj adalah “perintah salat lima waktu”. Sebuah hadis riwayat Ahmad, al-Nasa-i, dan al-Tirmidzi menegaskan:
فرضت الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ليلة أسري به خمسين، ثم نقصت حتى جعلت خمسا، ثم نودي يا محمد: إنه لا يبدل القول لدي، وإن لك بهذه الخمس خمسين
Artinya:
“Salat telah difardhukan kepada Nabi saw pada malam isra` lima puluh waktu, kemudian dikurangi menjadi lima waktu. Lalu diserulah, wahai Muhammad, sungguh putusan-Ku tidak dapat diubah lagi, dan dengan salat lima waktu ini, engkau tetap mendapat pahala lima puluh waktu.”
Perintah salat lima waktu diterima Rasulullah saw di langit, bukan di bumi seperti kewajiban-kewajiban lain (puasa Ramadhan, zakat, ibadah haji dan sebagainya). Langit menunjukkan posisi tempat yang berada di atas, apalagi Sidrah al-Muntaha berarti merujuk pada lokus tertinggi. Filosofinya, salat lima waktu merupakan sentral dari ibadah yang menjadi tolok ukur amal kaum muslimin. Karena itu, salat lima waktu wajib dijaga, tidak boleh ditinggalkan dan dilalaikan waktunya (QS al-Nisa`/4:103 dan hadis riwayat Tirmidzi).
Perintah salat lima waktu diterima Rasulullah saw secara langsung tanpa perantaraan malaikat Jibril as. Ini mengilustrasikan bahwa salat merupakan komunikasi langsung (vertikal) antara hamba dengan Tuhannya, yang ditunaikan tanpa perantaraan seorang pun di antara makhluk-Nya. Dalam sebuah hadis disebutkan:
أقرب ما يكون العبد من ربه عز وجل وهو ساجد فأكثروا الدعاء (رواه مسلم)
Artinya:
“Posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya (Allah SWT), yaitu ketika sedang sujud (salat). Maka perbanyaklah doa ketika itu” (H.R Muslim).
PELAJARAN DARI ISRA MI'RAJ
Isra Mi'raj mengandung banyak pelajaran yang relevan bagi kehidupan umat Islam, di antaranya:
1. Ketaatan Mutlak kepada Allah SWT
Perintah shalat lima waktu yang diterima dalam peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
2. Keimanan yang Kuat
Peristiwa ini menjadi ujian bagi keimanan umat Islam, sebagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq menerima dengan penuh keyakinan, sehingga mendapat gelar "Ash-Shiddiq" (yang membenarkan).
3. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian
Nabi Muhammad SAW tetap bersabar dalam menghadapi cobaan, dan peristiwa ini menjadi penghiburan serta motivasi untuk melanjutkan dakwah.
4. Keistimewaan Shalat
Shalat lima waktu merupakan hadiah terbesar dari peristiwa Mi'raj, yang menjadi sarana komunikasi langsung antara hamba dan Allah SWT.
KESIMPULAN
Isra Mi'raj adalah simbol kekuatan iman dan ketaatan yang mengajarkan umat Islam tentang pentingnya menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Melalui peristiwa ini, umat Islam diingatkan untuk selalu menjaga shalat, memperkuat iman, dan bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari peristiwa Isra Mi'raj dan semakin meningkatkan ketakwaan serta ketaatan kepada Allah SWT.
Penulis : Varil Adrian
Editor I : Fenny Aprilianti
Editor II : Tim Redaksi Pers Mahasiswa Hasta Sastra
----------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'anul Karim. (QS. Al-Isra: 1).
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhari, Kitab Shalat
Muslim, Imam. Shahih Muslim, Kitab Iman
An-Nawawi, Yahya bin Syaraf. Syarah Shahih Muslim. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 19995
Hasbi Ash-Shiddieqy, T. M. Isra Mi'raj: Mukjizat Terbesar Rasulullah SAW. Jakarta: Pustaka Al-Hidayah, 2004
Posting Komentar